Kamis, 19 Juli 2018
Kamis, 28 April 2016
Sabtu, 02 April 2016
Puisi Cinta dan Persahabatan
08.33
Namamu
Namamu yang tercoret dalam buku Diaryku
Namamu yang terselip dalam setiap Doaku
Namamu juga yang terukir indah dalam Hatiku
Andaiku dapat menarik Pelangi
Pasti kan kutulis Namamu
Dan kan kukembalikan lagi
Karna Aku Ingin semua orang Tahu
Betapa Bahagianya Aku jadi Kekasihmu
Isi Hatiku
Cinta. . .
Dulu Kau seorang yang Kupuja
Dulu kau seorang yang Kucinta
Kini Dirimu bayangan saja
Kini Dirimu Kenangan Belaka
Cinta . . .
Dulu Kau bilang Cinta
Dulu Kau bilang Setia
Kini tak ada lagi kata Cintamu
Kini tak ada lagi kata Setiamu
Dimana Mata indahmu. . .
Dimana kata Manismu. . .
Aku. . . Selalu Setia padamu
Aku selalu berharap. . .
Tuhan kan membawa jalan kita seperti dulu
Penantian
Panjang
Saat ini aku Sendiri
Menanti datangnya Mentari
Menyinari Hati yang Mati
Dengan Cahayanya yang Suci
Datangnya Kekasih Hati
Menjadikan hidup Berseri
Kapan semua in akan Terjadi ?
Sesungguhnya Dimana. . . Kekasih Hati yang dinanti
Disanakah atau disini . . .
Akankah Dia yang kunanti Tiba
disini
Membawaku menggapai Mimpi-mimpi
Dan mememaniku dalam langkah Sepi
Sekian lama Aku Sendiri, tanpa Kekasih Hati
Adakah yang mengerti, Aku disini Sendiri
Yang menanti datangnya dambaan Hati
Membawa cahaya cinta Sejati. . .
Untuk Sahabatku Kekasihku
Sahabat adalah Satu jiwa dalam dua badan
Tapi kasih apakah arti Persahabatan ?
Adakah Persahabatan yang setia antara kita ?
Walau sebenarnya ada. . .
benang – benang tipis yang
mengikat hati kita
Menyatukan kedua Batin Kita
Dan Dawai-dawai Cinta pun kini
Berbicara
Persahabatan dan Cinta. . .
Bisakah bersatu meski ada dinding
Pemisah
Walau Gending Cinta Mengiringi
Langkah Kita
Apalah Arti Semua ini Jika hanya menyiksa Batin dan Jiwa
Kisah cinta yang Manis dan Persahabatan Yang membawa Canda
Karena Kini kutahu Bahwa Cinta bisa tumbuh dalam Persahabatan
Mengapa
Mengapa Kau ingin Pergi ?
Saat Aku ingin disisimu
Mengapa Kau Lenyap ?
Saat Aku ingin Hinggap
Mengapa Kau Menjauh ?
Saat Aku Mendekatimu
Mengapa Kau Begitu ?
Tapi Mengapa sekarang Kau Datang ?
Saat Aku mulai Bisa Melupakan
Mengapa Kau menghadang ?
Saat Aku hilang Harapan
Dan Mengapa Kau bersamaku ?
Saat Aku ingin Menjauihimu
Sungguh Aku tak tahu apa maksud dan maumu . . .
Yang kutahu aku ingin membencimu walau Aku juga tak ingin
melupakanmu . . .
Antara Cinta dan Persahabatan
Mengapa Aku Jatuh Cinta Padamu
Padahal telah Kutepis semua dalam
Hatiku
Selama Tiga tahun Bersama,
berbaur dalam suka dan duka
Mengapa Barui Kali ini. . .
Kurasakan sesuatu
Sebelumnya tak pernah terpikir
olehku, Jika suatu saat Jatuh Cinta padamu
Doaku Semoga Perasaan ini cepat
Berlalu . . .
Janji
yang kukaitkan pasti kan kutepati
Kau
selamanya sahabat dalam hidupku ini
Kita tak
akan menyayangi sampai ke Hati
Tapi
selamanya Persaudaraan yang abadi
Aku adalah sahabat dalam hidupmu
Meski aku mencintaimu
Hanya akan menjadi masa laluku
Posisiku hanya sebagai sobatmu
Persahabatan
adalah mutiara dunia
Jalinan yang
mempersatukan kita
Mengukir canda
tawa yang tak luput dari duka
Bahagiamu
bahagiaku juga. . .
Sabtu, 17 Oktober 2015
ibu tersayangku
21.19
Ibu tersayangku
Lirik lagu coretan mungilku
Waktu terasa berhenti . . .
Air mataku trus mengalir . . .
Ketika satu hal yang ku takutkan . . .
terjadi. . .
Ketika kau pergi tinggalkan kami . . .
Tuhan bangunkan
istana untuknya di syurgaMu. . .
Di syurga
FirdausMu . . .
Tuhan sampaikan
salam rinduku. . .
Untuk ibuku. .
. ibu tersayangku . . .
ragaku terasa lumpuh. . .
Bibir ini pun membisu . . .
Ketika satu hal yang ku takutkan . . .
terjadi. . .
Ketika kau pergi tinggalkan kami . . .
Tuhan bangunkan
istana untuknya di syurgaMu. . .
Di syurga
FirdausMu . . .
Tuhan sampaikan
salam rinduku. . .
Untuk ibuku. .
. ibu tersayangku . . .
Doa-doaku slaulu mengiringi di setiap langkah-langkahmu.
. .
Doa-doaku slaulu merselip di setiap sujud-sujudku.
. .
Senyum manismu masih tersimpan di dalam
hatiku. . .
Semua pesanmu slalu kuinngat didalam relung
hatiku. . .
Tuhan sampaikan
trimakasihku. . .
Untuk ibuku. .
.ibu tercintaku . . .
kupersembahkan lagu ini untuk ibu yang ada disyurga
penyimpangan nilai nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari
19.42
Penyimpang nilai nilai
pancasiala dalam kehidupan sehari hari
1. Pada sila pertama keTuhanan yang Maha Esa
a) Masih banyak terjadinya perselisihan pendapat antar umat beragama
yang menimbulkan perang dingin secara tidak langsung
b) merasa bahwa agama yang di anutnyalah yang paling benar sendiri
sehingga memaksakan kehendak orang lain untuk masuk golonan agamanya
c) contoh nyatanya saja kasus bom bali hanya karna tidak bisa
bertoleransi antar umat beragama banyak nyawa yang tak bersalah melayang.
Hal ini di karenakan
nilai pancasila yang berlahan lahan luntur dan sikap toleransi mulai dilupakan,
2. Pada sila kedua kemanusiaan yang adil dan berhadap
a) Fakta sederhananya ketika tetangga sakit saat ini sesama tetangga
tak ada yang menjenguk terutama kalangan elit seakan tak peduli dan tak mau
tahu.
b) Selain itu ketika terjadi bencana saudara kita misalnya saja
kejadian asap yang melanda riau terlihat masyarakat menyepelekan saat di adakan
penggalangan dana hanya sedikit masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan
padahal, peduli terhadap sesama tak harus berupa material ! bisa juga dengan
memberi motivasi, atau saling
mengigatkan untuk lebih menjaga bumi ini lewat media sosial atau gerakan secara
langsung.
Penanaman nilai nilai pancasila pada generasi muda saat
ini hanya sabuah materi tanpa di selingi dengan gerakkan yang nyata.
3. Pada sila ketiga Persatuan Indonesia
Inilah hebat dan
saktinya pancasila yang mampu menyatukan beragam kebudayaan , ras, suku, adat
istiadat, bahasa, dan agama dengan dasar pancasila dengan semboyan
binekatunggalika (berbeda beda tetapi tetap satu jua) namun sanggat disayangkan
saat ini fakta berkata lain karna perselisihan, sederhana saja contohnya :
a) suporter sepak bola yang ricuh dan tawuran hanya karna masalah
sepele,
b) masih masalah tawuran hanya karna saling ejek pelajar menengah
keatas atau sederajat nekat tawuran di jalan raya dengan pelajar lain parahnya
lagi mereka tak segan segan menggunakan benda tajam sungguh miris sekali calon
generasi saat ini.
4. Pada sila keempat Kerakyatan yang yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarahan perwakilan.
a) Masihkah anda ingat dengan istilah LUBERJURDIL saya masih ingat
ketika saya dibangku sekolah dasar guru
mengajarkannya namun saya baru menyadari meski sikap demokrasi sudah di
tanamkan sejak di bangku sekolah dasar seperti materi LUBERJURDIL atau
pemilihan pengurus kelas secara voting namun sudah menjadi rahasia umum bahwa
dalam pemilihan legislatif masyarakat masih menerima uang sogokan dari beberapa
calon legislatif, menjadi boneka (pasif) para politikus, pantas saja beberapa
politikus memainkan tindakan tak terpuji seperti KKN.
b) Berkaitan dengan KKN korupsi
kolusi nerpotisme saya amati tahu kah anda! bahwa menyontek, datang terlambat,
hal yang dipikir beberapa orang seperti pelajar, sederhana, namun salah satu
faktor terjadinya sikap KKN. Dengan kebiasaan menyontek dia akan terbiasa
berbohong, menggambil susuatu yang belum berhak , timbulnya tindakan
menyimpang, begitu juga terlambat datang ke sekolah atau kerja secara tidak
langsung melakukan korupsi waktu.
5. Pada sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
a) Memperjual belikan hukum, bagaimana mungkin masalah pencurian kayu
oleh seorang kakek hukumannya jauh lebih berat dari pada hukuman para koruptor.
b) Kurangnya pemerataan fasilitas seperti puskesmas sekolah dll
terutama di plosok daerah.
Faktor yang menjadi
penyebab beberapa penyimpangan terhadap nilai nilai pancasila adalah kurangnya
sosialisasi peraturan undang undang di masyarakat sehingga pelanggaran masih
terjadi, kurangnya kesadaran bahwa pentingnya memahami dan melaksanakan nilai
pancasila, Contohnya saja sejak SD hingga saat ini pancasila selalu dihafalkan
padahal seharusnya tak hanya dihafalkan tapi harusnya dihayati dan diamalkan,
bahkan yang mengherankan apakah diruang kelas kampus anda ada gambar pancasila ?
saya rasa jawabannya tidak. Jika pun ada itu hanya dianggap hiasan dinding
belaka. Sudah saatnya kita mulai dari diri kita sendiri. Mari kita tanamkan dan
tunjukkan bahwa pancasila adalah pedoman kita, tujuan kita , jangan biarkan
nilai nilai penuh sejuta makna dan perjuangan ini luntur.
Oleh karena itu penting sekali mata kuliah pancasila
di perguruan tinggi , agar generasi muda saat ini mampu bersikap kritis,objektif
dan berpartisipasi terhadap masalah pemerintahan, demokrasi , HAM. Agar kita mampu
memahami dan mengamalkan nilai nilai pancasila tidak hanya sekedar kata kata
namun diiringi dengan tindakan yang nyata, selain itu kita diharapkan menjadi
generasi muda yang aktif berpartisipasi dan peduli terhadap upaya mencegah atau
memberi solusi terhadap masalah di Indonesia dalam berbagai bidang dengan cara
yang cerdas, damai dan bijaksana berlandaskan PANCASILA.
Jangan tanyakan apa yang sudah
INDONESIA berikan kepada kita
Tapi tanyakan apa yang sudah
kita berikan kepada INDONESIA
To my best friend Anggun J
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN
03.19
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN
Diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan
yang
dibina oleh Bapak Drs. Sihono,M.Pd
OLEH
:
TRI
WIJAYANTI
NIM
: 150210204094
KELOMPOK
14
PRODI
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUSAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan denga judul
“Posisi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan”.
Kami
menyusun makalah ini berdasarkan data-data maupun referensi yang kami peroleh.
Kami menulis makalah ini guna memenuhi tugas dari dosen pembimbing mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan dan kami selaku penulis tidak lupa mengucapakan
terima kasih kepada :
1.
Kedua orang tua yang telah membimbing
kami sejak kecil dan memberikan media pembelajaran baik material maupun non
material.
2.
Bapak Drs. Sihono, M. Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.
3.
Semua pihak yang telah mendukung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami akan menerima
kritik dan saran yang positif dan membangun dari seluruh pembaca yang membaca
karya tulis ilmiah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
Jember,08
Oktober 2015
Penulis
KATA
PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan
Rumusan Masalah...................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter.......................................................
4
B. Tujuan
dari pendidikan karakter.......................................................
5
C. Fungsi
dari pendidikan karakter.......................................................
6
D. Nilai-nilai
pembentuk pendidikan karakter...................................... 8
E. Komponen
dan desain pendidikan karakter..................................... 10
F. Posisi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan
Nasional................
11
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................14
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Untuk mewujudkan
prestasi pendidikan masa depan bangsa Indonesia memiliki sebuah visi yang telah
termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yaitu mewujudkan sistem
dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia. Sementara itu, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter
tidak saja merupakan tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi
juga oleh agama. Setiap Agama mengajarkan karakter atau akhlak pada pemeluknya.
Dalam Islam, akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajarannya
yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar
lainnya, yaitu aqidah dan syariah. Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sabdanya
mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk
menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Akhlak karimah merupakan sistem
perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam melalui nash al-Quran dan Hadis.
Dalam suatu hadist
Rosullullah SAW yang berbunyi bahwa “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan budi pekerti (HR Ahmad).” Dari
hadist tersebut dijelaskan bahwa Rosullullas SAW di utus menjadi Rosul untuk
menyempurnakan akhlak umatnya, dalam artian sebagai umat manusia memiliki
kewajiban untuk memperbaiki akhlak yang selama ini kita miliki. Negara Indonesia sebagai salah satu
Negara di atas bumi ini menganut paham ketuhanan sebagaimana tercantum dalam
Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai warga Indonesia sudah
berkewajiban untuk menerapkan akhlak atau nilai karakter dalam menjalankan
suatu aktifitas sehari-hari. Apabila akhlaq atau karakter dalam sila-sila
Pancasila tersebut diperhatikan dan dibandingkan dengan realitas social,
ternyata memang banyak terjadi ketidaksesuaian antara teori dan praktik dalam
bernegara, berbangsa, beragama dan bermasyarakat.
Yang menjadi fenomena
saat ini yaitu dengan IPTEKS yang canggih tetapi sangat disayangkan hanya
mendatangkan nilai karakter yang sedikit, akibatnya terjadilah permasalahan di
berbagai sudut kehidupan yang berdampak kepada kerugian, penderitaan dan
bencana social lainnya. Untuk itu perlu melihat lebih jauh lagi substansi
karakter tersebut dalam penerapannya di lingkungan masyarakat khususnya
lingkungan pendidikan.
Hal tersebut perlu
segera dicarikan solusi secara sistematis agar tidak berdampak lebih luas di
dalam masyarakat sebab jika tidak ditemukan solusinya, secara makro akan
berdampak pada ancaman ketertinggalan bangsa, bahkan bisa berakibat fatal
terhadap keberlangsungan bangsa. Dalam jangka pendek, dampak yang sangat terasa
adalah tidak efisien dan efektifnya pembangunan bangsa sebab hasil-hasil
pembangunan yang diperoleh akan terdistorsi sendiri akibat kemunduran karakter
itu sendiri. Sedangkan dalam skala mikro, dampak nyata dari lemahnya karakter
tersebut di bidang pendidikan seperti rendahnya mutu pendidik dan peserta didik
yang mengakibatkan mutu pendidikan rendah.
Maka dari itu, untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan, maka urgensi pendidikan karakter
merupakan suatu keniscayaan sebab pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk
manusia yang berwatak dan cerdas.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian pendidikan karakter itu?
2. Apa
Tujuan dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional?
3. Apa
fungsi dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional?
4. Apa
saja nilai-nilai pembentuk pendidikan karakter dalam pendidikan nasional?
5. Apa
komponen dan desain pendidikan karakter daam pendidikan nasional?
6. Bagaimana
posisi pendidikan karakter dalam pendidikan nasional?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan
pengertian pendidikan karakter.
2. Menjelaskan
tujuan dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional.
3. Menjelaskan
fungsi dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional.
4. Menjelaskan
nilai-nilai pembentuk pendidikan karakter dalam pendidikan nasional.
5. Menjelaskan
Komponen dan desain pendidikan karakter dalam pendidikan nasional.
6. Menjelaskan
bagaimana posisi pendidikan karakter dalam pendidikan nasional.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Menurut Elkind & Sweet (2004),
pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the
deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core
ethical values. When we think about the kind of character we want for our
children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care
deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in
the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
Albertus (2010:03) menyatakan bahwa
pendidikan karakter terdiri dari dua kata yang apabila dipisahkan memiliki
makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu berkaitan dengan hubungan social
manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang
lain, sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut dikatakan
demikian karena berkaitan dengan struktur antopologis manusia dan tindakannya dalam
memaknai kebebasan.
Pendidikan karakter harus diberikan
pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran
pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang
baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah
pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan
karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kesosialan, dengan tujuan
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik, serta dapat mempengaruhi
diri sendiri dan orang lain apabila diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari
B.
Tujuan
dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. DIKTI (2010) menyatakan
bahwa Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi
para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi
sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil
melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices
yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi
akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai
norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan
karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan
karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari
altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih
operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat.
C.
Fungsi
dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional
Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1)
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3)
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan
karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media
massa.
DIKTI (2010)
menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama,
yaitu :
1. Pembentukan
dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter
berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah
hidup Pancasila.
2. Perbaikan
dan Penguatan
Pendidikan karakter
berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat
negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju,
mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter
bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring
nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan
warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Sedangkan menurut salah seorang pakar
pendidikan Darmawan Iskandar (2010) Menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Nilai-nilai
pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang
mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. diantara
Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa, ada 18 unsur dan nilai yang
mana diantaranya adalah : 1. Religius; 2. Jujur; 3. Toleransi; 4. Disiplin; 5.
Kerja Keras; 6. Kreatif; 7. Mandiri; 8. Demokratis; 9. Rasa Ingin Tahu; 10.
Semangat Kebangsaan; 11. Cinta Tanah Air; 12. Menghargai Prestasi; 13.
Bersahabat atau Komuniktif; 14. Cinta Damai; 15. Gemar Membaca; 16. Peduli Lingkungan; 17. Peduli Sosial, dan 18. Tanggung Jawab.
Sedangkan menurut
Menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9
pilar pendidikan berkarakter, diantaranya adalah:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran /amanah dan kearifan
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
6. Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi kedamaian dan kesatuan
D.
Nilai-nilai
pembentuk pendidikan karakter
Karakter
berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu karakter melekat dengan nilai dari
perilaku seseorang. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari
nilai. Dalam kehidupan manusia, begitu banyak nilai yang ada di dunia ini,
sejak dahulu sampai sekarang (Kesuma, 2011: 11). Nilai-nilai pendidikan
karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan ada delapan belas karakter.
Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional. Adapun delapan belas nilai tersebut yaitu: religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab (Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional,
2009: 9-10).
1.Religius
adalah Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2.Jujur
adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.Toleransi adalah
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.Disiplin adalah
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5.Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
E.
Komponen
dan desain pendidikan karakter
Di
lihat dari segi komponennya, pendidikan karakter dalam pandangan Thomas Lickona
(1992: 21) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components
of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral
feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral.
Komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1 Komponen Pendidikan Karakter Sumber: Lickona (1991: 11)
Kemudian
dalam desain pelaksanaan pendidikan karakter, menurut Doni Koesoma (2011: 2)
setidaknya ada tiga desain, yakni: pertama, desain pendidikan karakter berbasis
kelas. Desain ini berbasis pada hubungan guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai pembelajar di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah proses
hubungan komunitas MORAL KNOWING moral awareness, knowing moral values,
prespective taking, moral reasoning, decision making, self knowledge MORAL
FEELING Conscience, self esteem, empathy, loving the good, self control,
humality, MORAL ACTION Competence, Will habit kelas dalam konteks pembelajaran.
Relasi antara guru dengan pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan
banyak arah. Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain
ini membangun budaya sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan
bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan
dalam diri siswa. Ketiga, desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam
mendidik, komunitas sekolah negeri maupun swasta tidak berjuang sendirian.
Kalau ketiga komponen bekerjasama melaksanakan dengan baik, maka akan terbentuk
karakter bangsa yang kuat.
F.
Posisi Pendidikan Karakter Dalam
Pendidikan Nasional
Dalam
kebijakan nasional, ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan
kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan
sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai paham
penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Secara eksplisit pendidikan
karakter/watak adalah amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang pada Pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak berfungsi serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap.
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Dalam
arah dan kebijaksanaan dan perioritas pendidikan karakter ditegaskan bahwa
pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025. Bahwa pendidikan karakter
sejalan dengan prioritas pendidikan nasional, dapat dicermati dari Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan telah diterbitkan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
tentang SKL.
Jika
kita cermati konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang
selengkapnya meliputi, ing ngarsa sung
tuladha (jika didepan memberikan teladan ) mengandung nilai keteladanan,
pembimbingan, dan pemanduan. ing madya
mangun karsa (jika ditengah tengah atau sedang bersama sama menyumbang
gagasan, maknanya guru memberikan idenya para siswa juga didorong untuk
mengembangkan karsa atau gagasannya) mengandung nilai kreativitas, dan
pengembangan gagasan, serta dinamisasi pendidikan. tut wuri handayani (jika
berada dibelakang menjaga agar tujuan pendidikan tercapai tujuan pendidikan)
mengandung nilai memantau, melindungi, merawat, menjaga, memberikan penilaian,
dan saran-saran perbaikan sambil memberikan kebebasan untuk bernalar dan
mengembangkan karakter peserta didik.
Ajaran
atau fatwa Ki Hajar Dewantara yang menjadi pegangan perguruan Taman Siswa sarat
akan pendidikan karakater. Di antara fatwa beliau yang terlihat sekali
menonjolkan positioning karakter dalam pendidikan nasional antara lain adalah:
1)
Lawan Sastra Negeri Mulya: dengan ilmu kita mencapai keberhasilan hidup. Cita-cita KHD adalah
dengan memupuk jiwa kuriositas yang tinggi dalam mencari ilmu, dan rakyat dapat
mencapai kemuliaan, disegani dan dihargai dalam percaturan dunia.
2)
Suci Tata Ngesti Tunggal: memerlukan kesucian batin, kejernihan pikiran,
cita-cita yang luhur, dan ketertiban lahir, atau kedisiplinan nasional, untuk
mencapai cita-cita mulia yang berupa kemajuan dan kesuksesan seluruh nusa,
bangsa, dan rakyat Indonesia.
3)
Tetep-Mantep-Antep: dalam melaksanakan tugas kependidikan dan pembangunan bangsa harus
berketetapan hati (tetep). Tekun bekerja tanpa menoleh kanan-kiri yang
berarti melenakan perjuangan. Tekun tata tertib berjalan maju. Harus
selalu mantep, setia dan taat atas asas, teguh iman sehingga tidak
ada ketakutan yang dapat menahan gerak dan langkah kita dan membelokkan jalan
perjuangan kita. Jika tetep dan mantep maka
niscaya segala perbuatan dan tindak tindak laku kita akan antep,
berat berisi, dan berharga.
4)
Ngandel, Kendel, Bandel, Kandel: kita harus percayai dan yakin sepenuhnya, ngandel, pada
kekuasaan dan takdir Tuhan dan pada kekuatan serta kemampuan diri sendiri.
Sedangkan kandel, berani menghadapi segala sesuatu yang merintangi.
Sedangkanbandel, kokoh, teguh hati, tahan banting disertai sikap tawakal
akan segala kehendak Tuhan. Dengan demikian jadilah diri kita kandel,
tebal, kuat alhir batin, sebagai azimat dalam berjuang menuju cita-cita
kebangsaan.
5)
Neng-Ning-Nung-Nong: kita harus tenteram lahir batin, Neng, meneng, tidak berarti
ragu-ragu dan malu-mau. Ning dari kata wening, bening, jernih
pikiran kita, tidak mengedepankan emosi, mampu dan mudah membedakan antara yang
hak dan batil. Sehingga kita menjadiNung, hanung, kokoh kuat sentausa,
teguh, kukuh lahir batin untuk mencapai cita-cita. Jika ketiga sudah dicapai
maka kita mencapai Nong, menang, wenang, memperoleh kemenangan dan
memiliki kewenangan berhak dan kemulian lahir dan batin.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
pendidikan karakter adalah nilai-nilai
yang berkaitan dengan kesosialan, dengan tujuan membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik, serta dapat mempengaruhi diri sendiri dan orang lain apabila
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Agar terwujud fungsi
dari pendidikan karakter dalam pendidikan nasional, nilai nilai, komponennya.
Sehingga dapat mengetahui bagaimana posisi pendidikan karakter dalam pendidikan
nasional.
BAB IV
DAFTAR PUSAKA
Langganan:
Postingan (Atom)